Kamis, 02 Februari 2012

masa(bodo)depan

Will you marry me?”
mungkin dia terpaku. Hah?
 mungkin saat itu Dia tersenyum maklum aku bilang nya lewat sms. akhirnya Mengulang dengan tegas.
“Maukah kamu menikah denganku?”
Aku terdiam. Mungkin saja dia terbelalak. Menikah?(itu kali pikirnya)
Usiaku 23. Dia dan aku memang sudah lama saling mengenal. Sekitar 3 tahun. Tapi itu pun sebatas teman biasa. Sebatas facebook biasa.
Kami baru dekat selama dua bulan. Itupun hanya sebatas sms. Karena, pekerjaanku dan kuliahnya ada di dua kota yang berbeda. Sekarang, kami tinggal di dua kota yang berbeda dengan jarak yang membentang.
Dan sekarang aku mengajaknya… menikah?
dia disana  yang hanya terdiam seribu bahasa, aku memutuskan untuk menjelaskan.
“Aku tahu kamu terkejut. Aku juga takkan terkejut jika kamu menolakku sekarang. Aku tahu ini kedengarannya gila…”
dia masih diam. Menunggu aku menyelesaikan penjelasannya.
“…Aku sudah sangat yakin padamu. Aku juga tak tahu mengapa. Yang aku tahu, aku ingin menikah denganmu. Dan aku siap menikah denganmu.”
“Tapi… kita kan…”
“Ya, aku tahu. Kita bahkan belum ketemuan? Ini bahkan pertama kali kita bertemu untuk berkencan setelah dua bulan hanya smsan,” potongku sambil tertawa.
Aku menatapnya diriku dicermin seolah aku sudah gila. Sewaktu kami sms-an saja, aku tidak yakin dia pedekate denganku. Jadi, bagaimana mungkin tiba-tiba aku mengajakku menikah, disaat kami belum ketemu? Apa daku sudah gila?
aku melanjutkan, “Aku tahu kelihatannya ini gila. Aku juga tak percaya aku bisa melakukan hal segila ini. Tapi satu yang pasti, aku ingin bersamamu. Aku tak ingin hanya sekali dalam hidup kita bertemu. Aku tak ingin hanya bertemu dalam media sms dan facebook. Aku ingin bertemu denganmu setiap hari, setiap saat, setiap waktu.”
aku menjelaskannya dalam satu tarikan napas. Cepat sekali. Sehingga kurasa aku sedang melayang-layang di alam mimpi. Sebelum akhirnya aku tersadar akan satu hal.
“mungkin Kamu… belum tahu siapa aku dan bagaimana keadaanku. Kamu apakah yakin mau menikah denganku? Kamu pasti akan mundur begitu tahu latar belakangku,” ujarku defensif.
Aku mungkin akan dengan mudahnya berkata iya, kalau saja tidak memikirkan hal-hal yang memberatkanku. Memangnya dia bisa menerimaku seutuhnya?
“Aku akan mengenal dirimu seiring berjalannya waktu. Aku tak peduli apa latar belakangmu. Aku tak keberatan dengan apapun masa lalumu. Yang aku inginkan, membuat masa depan. Bersamamu. “
yang aku mau membuat masa depan bersama kamu
Aku suka  terpana. Terhipnotis oleh kata-katanya.
dia  masih diam lekat-lekat. Dan aku harap dia bisa melihat kesungguhan di situ.
Kehangatan menjalar di tubuhku seketika.
Aku tersenyum. Ah, mungkin aku juga sudah gila.
“Yes. I do.”itu katanya

 xixi
(ayi)

ps:ditu;is sambil cari tiket promo dan murah,.,
ps satu lagi; Wanita berhak mendapatkan pria yang mampu membuatnya tersenyum walaupun disaat itu ia sedang bersedih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar