Sabtu, 22 Oktober 2011

ITS ABOUT RAIN

HARI INI (ups capslock nyala...matikan dolo),,,

hari ini katanya disana ujan,,so dia suka bangat karena gak susah air(apalagi uda dipasangin jet pum gto),oke kita gak berbicara tentang jetpum(off).
Hujan buatku adalah penenang dalam kerinduan, pembawa air mata, dan pengingat rasa kehilangan. Selalu saja, sesuatu yang harus seseorang lupakan adalah sesuatu yang justru jauh tersimpan begitu dalam, kenangan. yuuuu huuuuuu aq kangen bangat klo dia suka cerita klo ujan dia suka,aq tau klo aq ini rewel bangat(hoho)tapi begini lah saya,,klo bukan kmu yang menelateni saya sapa lgi cobaaa(weeeeeeeeeeeeeee)

  Lalu, semua terjadi begitu saja. Saat sapa lembutnya menjaring nyata menyentuh gendang telinga, saat percakapan kecil yang tercipta berubah menjadi deretan narasi nyata, aku dan dia, mengalir, begitu saja, seperti curah lembut hujan yang jatuh ke permukaan. Sederhana sekali, cinta memang selalu menuntut kesederhanaan.
***
                Dia mengajariku banyak hal. Cara menari dalam hujan, cara tertawa dalam kesedihan, cara menghargai perbedaan, dan cara bermimpi walau dalam kemustahilan.
                Seringkali aku menatapnya dalam-dalam, menyelami sejuk matanya, tercebur dalam hatinya, lalu terpeleset dalam aliran darahnya. Aku sangat ingin menjadi bagian dalam setiap detak jantungnya, aku ingin ikut berhembus saat helaan nafasnya. Tapi, apa semua ingin dan harapku akan menyentuh kenyataan? Inilah yang disebut mimpi, selalu terlalu tinggi.
                 Tahu-tahu, sosok dia menjadi sangat penting dalam setiap bangun pagi hingga tidur malamku. Sedetik, semenit, sejam, seharian, hanya dia saja yang begitu rajin menghampiri otakku. Aku ragu kalau dia tak punya kerjaan lain selain mengganggu pikiran dan imajinasiku.
                Ah, kala itu(saat ini), cinta tak lagi menjelma menjadi sesuatu yang sederhana, berangsur-angsur tingkatannya berbeda, hingga ia menjelma menjadi dua kata, luar biasa. Perasaan itu tak lagi sekedar teman biasa, tapi dia berevolusi menjadi lebih dari teman biasa.
***
                Aha! Hujan ternyata masih jadi peran antagonis, dia kembali mengingatkanku pada tami! tami yang dua tahun ini meninggalkanku tanpa pamit, tanpa ucapan selamat tinggal, tanpa isyarat dan pengungkapan.
                Ah... berdosakah aku kalau masih saja memikirkannya(JANGAN CEMBURU YA)? Dua tahun lalu, hanya DIA(AGNES) saja yang mengajariku menghargai rintik hujan, menghargai deras rindunya, menghargai butir-butir kenangan halusnya.
                Hujan kali ini, di sepotong sore yang dingin, benar-benar mengingatkanku pada rasa kehilangan, tentu saja rasa yang begitu dalam. Hilang? Saat aku berniat untuk mencari, pasti aku akan menemukan. Tapi, bagaimana aku bisa mencari orang seperti tami(mantan aku dulu)? Dimana aku bisa menemukan seseorang yang mau berjanji untuk tidak meninggalkanku?
                Sayang. Ah! Sayang? Panggilan yang tak pernah terucap sekalipun dari bibirTAMI. Hujan kali ini memang deras sekali, aku tak membayangkan kamu yang terbaring  disana, apa kau kedinginan? Oh ya, sudah seharian aku tidak meng sms ya? Apa kamu merindukanku sedalam aku merindukanmu? Tidak usah dijawab! Aku tidak ingin mendengar jawaban alay itu! Begini saja, malam ini aku akan mengunjungimu, melewati mimpi. Jangan menolak! Aku punya alasan sederhana untuk menjelaskan pemaksaanku. Aku hanya rindu. Itu saja. Sederhana. Rindu memang selalu sederhana kan? 








 ini jaketnya o_O

Tidak ada komentar:

Posting Komentar