Sabtu, 12 Maret 2011

worth it?

“But the important thing about learning to wait, I feel sure, is to know what you are waiting for.” – Anne Neagle

Mau tidak mau, saya setuju dengan yang dikatakan oleh Anne.

jika kita memang berniat untuk menunggu sesuatu (atau seseorang), kita harus benar-benar yakin dengan yang akan kita tunggu itu kan?

sebab, percuma saja kita menunggu sekian lama, jika ternyata sesuatu (atau seseorang) yang kita tunggu tersebut nggak worth it alias sia-sia.

kayak kutipannya pacarnya sahabat saya nih, “Ada hal-hal yang memang patut diperjuangkan, namun ada hal-hal yang memang harus dilepaskan.”

lantas, saya bertanya-tanya, sampai sejauh mana kita bisa memutuskan, hal tersebut patut ditunggu dan diperjuangkan atau tidak?

hmm… saya memang nggak canggih dalam hal memperjuangkan seseorang.

ngomong-ngomong masalah menunggu dan memperjuangkan, saya jadi ingat percakapan panjang saya dengan salah seorang teman baik saya, kiki(asu ni anag kalo bicara gak bener tapi bener,.bingung ya?sama aja)
***

malam itu, sambil menikmati makan malam setelah layout halaman selesai, entah mengapa percakapan kami masuk ke arah “menelateni” (apa bahasa bakunya menelateni ya?… menunggu dengan sabar?)

kiki: “Sekarang jamannya menelateni ya? mantanku akhirnya dapat cowok yang sabar nelateni dia 4 tahun. gendeng pek! aku nggak bayangin yo ada orang sing iso nelateni sampai 4 tahun lebih! iso yo sabar ngono (bisa ya sabar sampai segitunya)?”(dia banjar tapi so bahas jawa,,maklum kami suka aja)

ayi: (tertawa) “Iya. Nggak usah jauh-jauh. Disekitar kita banyak kok, contoh menelateni yang berhasil,”

kiki: “Apa kita harus menelateni cewek yang kita sukain dulu ya, baru bisa dapetin dia? hmm… Lek aku sih nggak sanggup, ayi, nelateni koyok ngono (menelateni seperti itu). aku bukan tipe kayak gitu. Kamu bisa??”

ayi: (berpikir sejenak) “… iya ya. aku juga bukan tipe kayak gitu. kayaknya aku juga nggak bisa menelateni sampe kayak gitu deh dit.”

kiki: “Hahaha… kita sama yi!” (mengajak tos)

ayi: (khawatir) “yah… kalo gitu, bisa-bisa kita nggak bisa dapetin cewek yang bener-bener kita sukain dong. Kita kan nggak bisa menelateni,”

kik: (nyengir) “Mungkin kita nanti dapet cewek yang nelateni kita, yi!”

ayi: (nyengir)

***

hmm… akhirnya saya sampai pada kesimpulan.

saya memang bukan tipe “menelateni” yang sanggup menunggu bertahun-tahun demi seseorang

jujur saja. saya salut. saya sangat salut pada semua orang yang sanggup menelateni cintanya.

tapi… sayangnya, saya bukan tipe orang yang seperti itu, hehehe…

saya lebih suka yang langsung, to the point, tepat sasaran. Nggak pakai tarik ulur. Nggak pakai ngambang.

saya suka jadi cowok yang berani memperjuangkan cintanya dan berani menentang keadaan.

bagi saya, kalau memang ada cewek yang suka sama saya, ya bilang aja.(hem,,gak maksud nyinggung si dia yang uda nembak saia duluan,,heheh)

kalau nggak bisa bilang langsung, ya buktikan pakai tindakan.

kalau merasa dihambat oleh keadaan, ya perjuangkanlah saia.

hehehe..

kayak katanya kiki tadi, “Mungkin, kita nanti dapet cowok yang nelateni kita, yi”

iya, kalau dipikir-pikir, ternyata saya memang tipe yang ditelateni, bukan menelateni

kiki bukan tipe menelateni karena sebuah trauma

setelah saya pikir lagi, ternyata saya juga seperti itu karena trauma.

kami berdua adalah tipe yang menginginkan seseorang yang sanggup menelateni kami dan setia selamanya.

jadi…

saya tidak akan pusing lagi.

masa bodoh si-dia-yang-sedang-saya-suka-ini cuek atau gimana.

kalau memang dia terus-terusan seperti ini, berarti dia tidak worth it untuk saya.

saya akan lihat saja.

barangsiapa cewek yang bisa menelateni saya, berarti dialah jodoh saya (setuju kan, nez?)

xoxo,

(ayi)


...melukiskanmu saat senja...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar